“Cosmopolitan, Elle, Vogue, Marie Claire, itu semua berbicara tentang seks dan bagaimana caranya wanita bertelanjang,” kata Ibrahim Burak Birer, 31 tahun , ia memulai penerbitan majalah fashion Muslimah tersebut , berbicara kepada majalah Daily Mail.
Ia kecewa dengan banyaknya gambar bugil di majalah fashion yang beredar di negeri muslim, Birer memutuskan untuk membuat sebuah majalah tandingan dan siap bertarung dengan konsep sekuler yang menghubungkan model fashion dengan ‘ketelanjangan’.
Dengan temannya, Mehmet Volkan Atay, 32 tahun, mereka menciptakan majalah Muslimah ‘Ala’ , sebuah majalah fashion Muslimah. Nama majalah, yang berasal dari era kekhalifahan Ottoman, yang berarti “yang paling indah dari yang indah.”
Majalah mode ini digambarkan oleh majalah Jerman Radikal kanan sebagai “Vogue yang Berjilbab”.
Hijab, pakaian muslimah wajib dalam Islam, selalu menjadi isu yang sangat krusial di Turki modern, di tengah tekanan oposisi elit sekuler, termasuk jenderal, hakim dan rektor universitas.
Jilbab masih dilarang di gedung-gedung publik, universitas, sekolah dan gedung-gedung pemerintah di Turki setelah kudeta militer tahun 1980.
Pernah pada tahun 2007, Emine Erdogan, istri Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, telah dilarang memasuki sebuah rumah sakit militer karena ia menolak untuk melepas jilbabnya.
Ahamdulillah pada bulan September 2010, Dewan Pendidikan Tinggi memerintahkan Universitas Istanbul, salah satu universitas terbesar, untuk mengakhiri larangan jilbab. Aturan baru ini merembet ke hampir semua universitas di Turki.
Untuk Birer, majalah ini membantu wanita Muslim mengambil pakaian yang syar’I dan modis sambil meningkatkan iman mereka.
“Kami tidak memiliki pengalaman dengan majalah sebelum itu. Kita mencoba saja memasarkan konsep ini, “kata Atay kepada SpiegelOnline.
Dengan baru hanya 6 ediisi, majalah ini telah begitu sukses dan sirkulasi oplah meningkat beberapa kali.
Saat ini, kami memiliki sirkulasi 30.000 eksemplar , dan sekitar 5.000 eksemplar dikirim ke luar negeri.
“Bila ada keyakinan iman, secara otomatis akan ada gaya hidup Muslim,” jelas Atay.
Dalam suasana perubahan di Turki menuju Islami, maka pemakaian jilbab pun semakin banyak , majalah fashion untuk wanita berkerudung menjadi model yang digemari masyarakat Turki.
“Kami tidak percaya bahwa perempuan muslimah harus mengasingkan diri,” kata Atay. “Bahkan wanita bercadar pun memiliki hak untuk berbusana indah.” Tutupnya. (OI.net/Dz)